Doni keluar dari
salah satu gerai minimarket menenteng kantong plastik berukuran sedang berisi
sabun, shampoo, sabun colek, satu renteng molto dan pasta gigi. Pikirnya,
mumpung hari minggu siang, dia mau bersih-bersih kamar sekaligus mencuci
pakaian kotor yang sudah tampak menggunung di sudut kamar kostnya. Saking
banyak dan bau asem pakaian kotor itu, sampai-sampai mengundang lalat
berterbangan diatasnya.
Baru saja Doni
duduk di atas jok sepeda motornya, ponsel di saku celananya berdering nyaring
menyanyikan lagu India favoritnya. Dia raih perangkat komunikasi itu sambil
menggoyang-goyangkan kepala dan tubuhnya menikmati irama lagu merdu nan syahdu
yang dibawakan oleh Priyanka Chopra.
“Hallo.. My
brother, Andiiiii... What’s up my bro?? Anything I can
do for you??” sapa Doni dengan suaranya yang lantang membahana sepelatan
parkir minimarket.
“Don.. ntar jam
15.00 Anita terbang ke Jakarta! Mending lu susul ke airport gih! Cepetan!” seru
Andi panik. Nadanya tegas dan memerintah.
“Apaa..?!!! Jam
15.00?? Kalo terbangnya tar agak maleman aja, gimana Ndi? Bisa nggak? Soalnya
sekarang, gua blom mandi dari kemaren! Mana rencananya mau cuci baju, banyak
banget baju kotor gua! Tetangga kost aja sampe protes saking baunya tu baju!”
protes Doni.
“Eh buset!! Jorok
amat sih lu? Ganteng-ganteng joroknya gak ketulungan! Lagian lu juga lucu. Yang
mau terbang cewek pujaan hati lu, kenapa jadi lu nya yang atur sih?! Suka-suka
dia dong mau kapan perginya! Udah buruan ke airport sekarang daripada lu ngga
bisa nyatain isi hati lu ke dia! Tar nyesel seumur hidup lho!!” sekali lagi
Andi memerintah. “Udah ah.. pulsa gua udah mau habis, sukses ya!” Andi memutus
sambungan telefon.
“Halloo..?!
Halloooo..?! Ndi?? Andiii...!! Jangan pernah lu berkata seperti itu dan
menggantung perasaan cinta tulus abadi dan sejati ini! Andiii..??
Haloooo..??!!” di tengah kepanikan dan kebingungannya, Doni sampai lupa bahwa
telefon itu sudah terputus.
Suara lantang Doni
sampai terdengar ke telinga beberapa pengunjung minimarket dan mereka
menganggap Doni gay alias homo!
Doni memilin handle
gas motornya dalam-dalam, namun motor itu diam tak bergerak. “Sialan, sampe
lupa motornya blom dinyalain” makinya.
Begitu sampai di
kost, Doni langsung memarkirkan sepeda motornya ngasal. Dia
berlarian pontang panting ke kamar mandi. Maklum, selain dikejar waktu, dia
juga sudah menahan keinginan buang air kecil dan besar sedari tadi.
Bruakkk, pintu
kamar mandi ia tutup keras-keras sampai terlepas dari engselnya!
Doni dirundung
dilema, antara memperbaiki pintu kamar mandi terlebih dahulu ataukah melepas
keinginan buang hajatnya. Lagi-lagi karena waktu yang sudah mepet ditambah
kepanikan yang luar biasa, ia berdirikan pintu itu ditopang oleh kedua
tangannya.
Apakah yang akan
terjadi selanjutnya? Bisakah Doni mengatasi masalahnya dan bertemu dengan
pujaan hatinya yang ingin ia tembak?
0 comments:
Post a Comment