25 December 2013

PANIK

Doni keluar dari salah satu gerai minimarket menenteng kantong plastik berukuran sedang berisi sabun, shampoo, sabun colek, satu renteng molto dan pasta gigi. Pikirnya, mumpung hari minggu siang, dia mau bersih-bersih kamar sekaligus mencuci pakaian kotor yang sudah tampak menggunung di sudut kamar kostnya. Saking banyak dan bau asem pakaian kotor itu, sampai-sampai mengundang lalat berterbangan diatasnya.

Baru saja Doni duduk di atas jok sepeda motornya, ponsel di saku celananya berdering nyaring menyanyikan lagu India favoritnya. Dia raih perangkat komunikasi itu sambil menggoyang-goyangkan kepala dan tubuhnya menikmati irama lagu merdu nan syahdu yang dibawakan oleh Priyanka Chopra.


“Hallo.. My brother, Andiiiii... What’s up my bro?? Anything I can do for you??” sapa Doni dengan suaranya yang lantang membahana sepelatan parkir minimarket.

“Don.. ntar jam 15.00 Anita terbang ke Jakarta! Mending lu susul ke airport gih! Cepetan!” seru Andi panik. Nadanya tegas dan memerintah.

“Apaa..?!!! Jam 15.00?? Kalo terbangnya tar agak maleman aja, gimana Ndi? Bisa nggak? Soalnya sekarang, gua blom mandi dari kemaren! Mana rencananya mau cuci baju, banyak banget baju kotor gua! Tetangga kost aja sampe protes saking baunya tu baju!” protes Doni.

“Eh buset!! Jorok amat sih lu? Ganteng-ganteng joroknya gak ketulungan! Lagian lu juga lucu. Yang mau terbang cewek pujaan hati lu, kenapa jadi lu nya yang atur sih?! Suka-suka dia dong mau kapan perginya! Udah buruan ke airport sekarang daripada lu ngga bisa nyatain isi hati lu ke dia! Tar nyesel seumur hidup lho!!” sekali lagi Andi memerintah. “Udah ah.. pulsa gua udah mau habis, sukses ya!” Andi memutus sambungan telefon.

“Halloo..?! Halloooo..?! Ndi?? Andiii...!! Jangan pernah lu berkata seperti itu dan menggantung perasaan cinta tulus abadi dan sejati ini! Andiii..?? Haloooo..??!!” di tengah kepanikan dan kebingungannya, Doni sampai lupa bahwa telefon itu sudah terputus.

Suara lantang Doni sampai terdengar ke telinga beberapa pengunjung minimarket dan mereka menganggap Doni gay alias homo!

Doni memilin handle gas motornya dalam-dalam, namun motor itu diam tak bergerak. “Sialan, sampe lupa motornya blom dinyalain” makinya.

Begitu sampai di kost, Doni langsung memarkirkan sepeda motornya ngasal. Dia berlarian pontang panting ke kamar mandi. Maklum, selain dikejar waktu, dia juga sudah menahan keinginan buang air kecil dan besar sedari tadi.

Bruakkk, pintu kamar mandi ia tutup keras-keras sampai terlepas dari engselnya!

Doni dirundung dilema, antara memperbaiki pintu kamar mandi terlebih dahulu ataukah melepas keinginan buang hajatnya. Lagi-lagi karena waktu yang sudah mepet ditambah kepanikan yang luar biasa, ia berdirikan pintu itu ditopang oleh kedua tangannya.

Apakah yang akan terjadi selanjutnya? Bisakah Doni mengatasi masalahnya dan bertemu dengan pujaan hatinya yang ingin ia tembak?

0 comments:

Post a Comment