20 March 2014

KEHADIRANMU

Tak ada angin, tak ada hujan, tiba-tiba saja sosok seorang wanita hadir di bunga tidurnya. Datang berjalan perlahan dari kejauhan kemudian mengucap salam, “Hai, apa kabar? Lama ya kita tidak bertemu. Masih ingat aku?”.

Laksana petir menyambar relung hati terdalam, sang pemuda hanya bisa diam terpaku melihat wanita itu tersenyum kepadanya. Tak mampu berucap meski sepatah kata. Sungguh jiwanya berontak, ia tak tahu-menahu ekspresi apa yang cocok untuk diungkapkan. Apakah rindu, benci, sakit hati, harapan atau keputusasaan.


Setengah mati ia berusaha memuntahkan sebuah kata untuk membalas sapaan wanita berparas ayu tersebut. Namun usaha itu tampaknya sia-sia.

Sang pemuda memberanikan diri melangkahkan kakinya mendekati wanita pujaan hatinya itu. Berupaya menyentuh pipi kanan dengan telapak tangan kanannya. “Benarkah ini kau, wahai kekasihku?” tanyanya hampir pingsan. “Iya, benar, ini aku. Tidakkah kau rindu denganku?” tanya wanita itu lirih penuh kasih sayang.

“Kenapa kau kembali lagi ke hadapanku? Tak tahukah kau betapa sulitnya melupakan dirimu selama ini? Kenapa kau tega melakukan ini semua?” sang pemuda terisak, sudut matanya terasa panas, bercucuran air mata.

“Aku tahu betapa sakitnya dirimu selama ini, wahai kekasihku. Sungguh. Aku pun merasakan hal yang sama dengan dirimu. Bagaimana kabarmu selama ini? Tidakkah kau rindu kepadaku?” tak sedetik pun wanita itu menghapus senyumnya. Sebuah senyuman yang tulus, mampu meluluhlantakan batu sekeras apapun di dunia ini.

“Sedetik pun aku tak pernah melupakanmu, kekasihku” jawab sang pemuda mengenyahkan air mata bahagianya dan ia sambut tubuh wanita itu penuh haru ke dalam dekapannya.

“Jangalah kau bersedih” ujar wanita bergaun putih, ia tampak sangat anggun layaknya bidadari.

“Aku tak bersedih. Aku hanya rindu. Benar-benar rindu kepadamu!” ucap sang pemuda. Air mata harunya tak kunjung surut.

“Aku tahu” jawab wanita itu halus. “Meski saat ini aku telah milik orang lain, aku ingin kau tahu bahwa aku selalu ada di hatimu yang paling dalam. Jangan lah kau lupa akan hal itu. Kau adalah cinta pertamaku dan takkan ada pria lain yang dapat menggantikan dirimu. Ingatlah akan itu.”

Perlahan, dekapan itu terasa hampa. Wanita tersebut telah pergi meninggalkan sang pemuda dalam kesendirian. Ia lantas bertekuk lutut merasakan betapa sakit hatinya kembali ditinggalkan. Mengoyak seluruh jiwa dan raga.

Meski terasa sakit tiada tara, ia masih memiliki secercah kebahagiaan di lubuk hatinya. Secuil ruang yang takkan pernah terganti dan terhapus oleh wanita manapun selain sang pujaan hatinya itu.

0 comments:

Post a Comment