13 September 2015

Sekedar Lewat

Biasanya orang selalu bersukacita sewaktu gajian, tapi tidak dengan Doni. Ia justru murung. Tubuhnya lesu tak bersemangat.

Total ada Rp 1.8 juta di tangan. Ia berjalan menuju bank tak jauh dari kantor tempatnya bekerja, kemudian memasukkan uang itu ke dalam mesin setor tunai.

"Sayang, Alhamdulilah aku udah gajian," ujar Doni lewat telepon. Ia sedikit menyamarkan nada sedihnya.


"O ya ? Alhamdulilah kalau gitu. Trus udah transfer Mama buat bayar cicilan motor ?" tanya kekasih Doni.

"Belom. Ini baru mau" Doni menyahut singkat. Ia lantas ambil napas panjang, "Bulan ini kita harus bayar apa aja, sayang ?"

"Hhmmm, Rp 400 ribu Mama, Rp 600 ribu bayar kostan sama Rp 200 ribu bayar utang ke Bu Dewi."

"Terus aku juga harus service motor sama ganti oli Rp 100 ribu, sama beli ban luar juga Rp 100 ribu. Berarti uang kita sisa berapa 'tu sayang ?"

"Rp 400 ribu"

"Rp 400 ribu ya ? Hhmmm" Doni terdiam sejenak beberapa detik lamanya, "Uang segitu cukup ngga sayang buat hidup sebulan ?"

"Ya cukup kalau mau irit"

"Ya udah kalau gitu, ini mau transfer mama dulu, nanti dilanjut lagi"

"Iya, trus kita mau makan apa malem ini ?"

"Bikin tahu tempe di goreng aja, atau kalau ngga bikin telor diceplok" jawab Doni seadanya lalu mengakhiri sambungan telepon.

***

"Kenapa ya sayang, tiap bulan uang kita kok selalu aja habis ? Ngga ada sisa buat nabung sedikit pun ?" tanya Doni sewaktu perjalanan pulang bersama kekasihnya.

Mereka berdua memang belum menikah, tapi urusan uang gaji antara Doni dan kekasihnya sudah dijadikan satu.

Doni sadar, kalau uang gajinya ia yang pegang bisa habis sebelum akhir bulan. Sedangkan kekasihnya itu pandai mengatur keuangan.

"Soalnya kita banyak beban. Harus bayar ini itu. Bisa sih seperti Nova -teman kerja-, tapi dia iritnya setengah mati. Tiap hari dia sama suaminya cuma makan nasi sama tahu tempe trus dikasih sambel. Kadang cuma makan ikan pindang aja. Nova sama suaminya juga gak pernah jajan. Beda sama kita. Memangnya mau seperti mereka ?"

"Ya ngga juga sih" Doni langsung ngeri membayangkan kudu makan tahu tempe atau ikan pindang tiap hari. Mana ada tenaga ? Apalagi pekerjaan Doni di lapangan. Bisa pingsan di tengah jalan kalau gitu ceritanya.

"Sebetulnya jumlah gaji kita sama Nova gak jauh beda kok. Beban mereka lebih gede malah ketimbang kita. Tapi ya gitu, dari hasil ngiritnya itu dia punya tabungan dimana-mana. Jangan salah, mereka kelihatannya aja kere tapi uangnya banyak lho!"

"Makanya itu, kok mereka bisa ya ?" Doni masih penasaran. "Ya udah, kalau gitu mulai sekarang kita harus irit ya ?" Doni mulai bersemangat lagi.

"Yakin mau ngirit ?" kekasihnya ragu. Nadanya sedikit mengejek, "Kalau gitu kurangi lah ngerokok nya ?!"

Ditembak kekasihnya seperti itu, Doni hanya diam seribu bahasa. Bibirnya langsung manyun seketika.

0 comments:

Post a Comment